Suku Berco adalah komunitas adat yang telah mendiami pegunungan Ropang, Kabupaten Sumbawa, sejak abad ke-15. Mereka hidup berdampingan dengan hutan, sungai, dan tanah ulayat yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur mereka.
Namun kini, wilayah adat Suku Berco menghadapi ancaman nyata. Aktivitas pertambangan dan kebijakan penetapan hutan lindung mulai memasuki kawasan sakral dan produktif milik masyarakat adat.
 Penolakan warga terhadap eksploitasi ini telah berlangsung sejak lama. Komunitas adat yang telah menjaga kelestarian hutan dan tradisi selama berabad-abad kini justru dikriminalisasi ketika mempertahankan tanahnya sendiri!
Bagikan kisah ini di media sosial! Gunakan tagar #SaveSukuBerco dan #TanahAdatBukanTambang.
 Challenge: Tag 3 teman untuk ikut peduli!
Bagikan SekarangKirim petisi/surat terbuka ke Kementerian Lingkungan Hidup & Kementerian ATR/BPN.
Contoh pesan: "Hentikan kriminalisasi Suku Berco!Â
Tanda TanganBantu pendampingan hukum & aksi darurat Suku Berco. Setiap Rp10.000 berarti untuk perjuangan mereka!
 Donasi bisa dikirim via link berikut:
Donasi SekarangPoster, lagu, puisi, atau video penduk — kreativitas adalah senjata!
Contoh caption:Â "Tanah adat adalah warisan abadi, bukan komoditas tambang!"
Contoh KaryaWilayah adat yang mereka sebut Cek Bocek Selesek Rensuri bukan hanya tempat tinggal — tapi juga ruang hidup, sumber pangan, dan tempat bersemayamnya sejarah panjang peradaban lokal.
 Menjaga tanah adat bukan kejahatan, ini adalah hak yang harus diperjuangkan bersama. Tanah ini bukan milik negara atau korporasi — ini tanah leluhur yang harus dihormati dan dilindungi.
Perjuangan Suku Berco adalah bagian dari perjuangan seluruh masyarakat adat di Indonesia.
Kami mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendukung pengesahan RUU Masyarakat Adat
yang akan memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak masyarakat adat.
Setiap tanda tangan mendorong pengesahan RUU yang akan melindungi lebih dari 70 juta masyarakat adat di Indonesia
Solidaritas untuk Suku Berco – Mari buat sejarah sebelum tanah mereka hanya jadi cerita.
Bagi kami, tanah adat adalah tubuh, leluhur adalah jiwa, dan perjuangan adalah nafas kehidupan