Wilayah selatan atau pesisir selatan Cek Bocek merupakan kawasan pantai dengan hamparan batu karang dan mempunyai pantai terjal, hanya beberapa tempat saja yang mempunyai dataran pantai (pasir putih).
Proses penumpukan binatang laut dan perubahan tumpukan menjadi batuan gamping itu berlangsung terus hingga berhenti ketika formasi ini telah muncul di atas permukaan laut. Ditambah oleh adanya tenaga endogen yg mengangkat formasi batuan ini menyebabkan jauh lebih tinggi dari muka laut yang sekarang. Rongga-rongga yang ada di batuan gamping (coral reef) mengalami proses pengikisan kimiawi, sehingga rongga semakin membesar dan membentuk goa. Pada goa yang terbentuk secara alami dan berada tidak jauh dari pantai kondisinya cukup lembab dan kering. Kondisi seperti ini sangat disukai oleh burung walet/sriti untuk membuat sarang, maka tidak mengherankan bahwa goa-goa yang ada di wilayah adat Cek Bocek dijumpai pula sarang burung walet.
Walet adalah burung liar yang membuat sarang di goa-goa alami, bagi penduduk setempat sarang wallet dimanfaatkan untuk bahan camporan obat-obatan tradisional. Beberapa tahu belakangan ini sarang walet mempunyai nilai jual yang tinggi, karena dipercaya bahwa sarang walet mengandung protein yang tinggi dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti panas dalam, liver, melancarkan peredaran darah serta penambah tenaga. Untuk bahan pangan dapat diolah menjadi sop sarang burung wallet, hal ini sudah dimanfaatkan sejak lama orang Tionghoa di seluruh dunia. Penjualan sarang burung walet ke tidak pernah mencukupi kebutuhan konsumen sehingga harga sarang burung walet di pasaran cenderung terus menguat dan tidak ada tanda-tanda akan adanya penurunan harga dalam tahun-tahun mendatang. Alasan yang tepat, sehubungan dengan kenyataan bahwa burung walet hanya hidup di iklim tropis. Terutama untuk Indonesia, sebagai salah satu penghasil sarang burung walet terbesar di dunia, menyuplai sekitar 80% dari permintaan sarang burung walet.
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di goa-goa yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Tidak semua goa akan dijadikan tempat bersarangnya, beberapa criteria yang disenangi burung-burung ini dalam memilih tempat tinggalnya, yakni :
- Aman, yaitu bebas dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang.
- Nyaman, tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-29 0 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia mencari makan.
Dari beberapa jenis burung walet yang ada, hanya terdapat 4 jenis walet yang sarangnya bisa dikonsumsi dan laku dijual yaitu: Aerodramus fuciphaga (walet sarang putih/Yen-ou), Aerodramus maxima (walet sarang hitam/Mo-yen), Collocalia esculenta (seriti), dan Collocalia vanikorensis (seriti lumut).
Untuk wilayah Sumbawa merupakan wilayah habitat dari jenis wallet aerodramus fuciphaga (wallet sarang putih/yen-ao), jenis walet ini menghasilkan sarang yang mempunyai nilai jual paling mahal, dengan kisaran harga antara 12 – 14 juta rupiah/kg. Harga tersebut tergantung dari proses pembersihannya, semakin baik prosesnya semakin tinggi mutu dan nilai jualnya.
Sarang walet yang mempunyai nilai jual paling tinggi adalah sarang yang dihasilkan dari jenis Aerodramus Fuciphaga berwarna merah, tetapi sangat jarang dijumpai, karena dibuat oleh burung tersebut dengan campuran air liur dan darahnya. Harga sarang merah ini mencapai 17